Sholat adalah rukun islam yang kedua, selengkapnya adalah :
Rukun Islam
Rukun Islam terdiri daripada lima perkara, yaitu:
- Syahadat: menyatakan kalimat tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad itu utusan Allah.
- Shalat: ibadah sembahyang lima waktu sehari.
- Zakat: memberikan 2,5% dari uang simpanan kepada orang miskin atau yang membutuhkan.
- Saum: berpuasa dan mengendalikan diri selama bulan suci Ramadan.
- Haji: pergi beribadah ke Mekkah, setidaknya sekali seumur hidup bagi mereka yang mampu.
Dimana dengan sholat kita bisa mendekatkan diri kepada ALLAH. Memohon segala hal yang ingin kita panjatkan dari pengampunan dosa,rezeki,kesehatan,umur pnjng dll.
Allah berfirman,
Ø¥ِÙ†َّ ٱلصَّÙ„َÙˆٰØ©َ Ùƒَانَتْ عَÙ„َÙ‰ ٱلْÙ…ُؤْÙ…ِÙ†ِينَ Ùƒِتَٰبًۭا Ù…َّÙˆْÙ‚ُوتًۭا
Artinya, “Sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nisa’:103)
Dan Allah juga berfirman,
Ùˆَٱسْتَعِينُوا۟ بِٱلصَّبْرِ ÙˆَٱلصَّÙ„َÙˆٰØ©ِ ۚ ÙˆَØ¥ِÙ†َّÙ‡َا Ù„َÙƒَبِيرَØ©ٌ Ø¥ِÙ„َّا عَÙ„َÙ‰ ٱلْØ®َٰØ´ِعِينَ
Artinya, “Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) salat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk,” (QS. Al-Baqoroh:45)
Dengan sholat kita mengajarkan kepada anak tentang siapa itu sang pencipta,pemberi kehidupan.dan cara kita untuk bersyukur atas nikmat yg diberikan.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman, artinya, “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.” (QS. Thaha: 132).
Telah kita ketahui bersama kedudukan shalat dalam Islam, oleh sebab itu wajib atas kita semua mengetahui bahwa membiasakan anak shalat adalah tujuan hidup dalam pendidikan keimanan anak-anak. Dan kami ingatkan bahwa masa kanak-kanak bukanlah masa taklif (pembebanan syari’at), akan tetapi itu adalah masa persiapan, pelatihan dan pembiasaan untuk sampai kepada masa taklif ketika mereka sampai pada usia baligh, sehingga mudah bagi mereka untuk menunaikan kewajiban-kewajiban agama mereka.
Tahapan-tahapan pengajaran shalat
Tahapan pemberian semangat dan motivasi anak untuk shalat
Sesungguhnya awal perkembangan kecerdasan anak dimulai dari perintah kedua orang tua kepada anaknya untuk mengerjakan shalat bersama mereka. Dan hendaklah kita ketahui bersama bahwa anak-anak terkadang lewat dihadapan orang yang shalat, dan terkadang duduk dan menangis. Dan tidak mengapa bagi bapak atau ibu untuk membawa anaknya ketika shalat di masjid, ketika khawatir dengan kondisi anaknya, lebih-lebih kalau di rumahnya tidak ada orang yang menjaganya. Dan jangan menghardik anak ketika dia melakukan hal-hal di atas semasa mereka masih kanak-kanak.
Tahapan sebelum tujuh tahun
- Mengajari anak sebagian hukum-hukum thaharah (bersuci), seperti pentingnya menjaga diri dari najis seperti kencing dan selainnya, mengajari tata cara bersuci dan adab-adab buang hajat, mengajari pentingnya menjaga kebersihan diri dan pakaiannya serta menjelaskan keterkaitan thaharah (kebersihan) dengan shalat.
- Mengajari anak surat al-Fatihah dan beberapa surat pendek sebagai persiapan untuk shalat.
- Mengajari mereka wudhu dan melatih mereka untuk mempraktikkannya, sebagaimana yang dilakukan oleh para Shahabat Radhiyallohu 'Anhum terhadap anak-anak mereka
- Sebelum umur tujuh tahun kita mulai mengajarinya shalat dan memotivasinya untuk shalat fardu satu atau dua kali dalam sehari, dan pada tahap ini (di bawah tujuh tahun) kita tidak meminta dia untuk shalat lima waktu secara sekaligus.
- Hendaknya kita mengingat pentingnya mendampingi anak-anak di saat mereka shalat jum’at setelah kita mengajari mereka adab-adab masjid, sehingga mereka terbiasa menunaikan syi’ar ini (shalat jum’at) dan dia merasakan permulaan masuk dan bergabungnya dengan masyarakat.
Berikut dokumentasi kegiatan anak tema Sholatlah sebelum disholati :
Tahapan perintah shalat dan pukulan apabila meninggalkannya
Dan merupakan hal yang sangat urgen adalah kita selalu mengulang-ulang –pada masa tujuh tahun- di telinga anak sabda Rasulullah Shallallohu 'Alaihi Wa Sallam yang memberikan batasan hukuman pukulan setelah umur 10 tahun, sebagai peringatan agar tidak menyepelekan shalat. Lalu apabila dia tetap meninggalkan shalat, maka harus diberi hukuman dengan pukulan. Akan tetapi, pukulan dibenarkan apabila sesuai dengan syarat yang telah ditetapkan oleh Rasulullah Shallallohu 'Alaihi Wa Sallam kepada kita.
Apabila seorang anak tumbuh dalam lingkungan yang baik, dan orang tuanya perhatian terhadap hal yang telah disebutkan di atas, dan keduanya menjadi teladan bagi anak-anaknya dalam menjaga shalat, maka sangat sulit bagi anak untuk tidak terikat dengan shalat dan dia akan konsisiten dengan shalatnya, lebih-lebih hal itu disertai dengan dorongan materi dan maknawi.
Dan pada periode ini (setelah umur 10 tahun) wajib atas kedua orang tua dan siapa saja yang berke-cimpung di dunia pendidikan anak untuk mengajari mereka hukum-hukum shalat jama’ah, shalat sunnah, shalat Witir, dan dahulu Rasulullah Shallallohu 'Alaihi Wa Sallam mengajari Anas bin Malik Radhiyallohu 'Anhu shalat Istikharah sekalipun Anas bin Malik Radhiyallohu 'Anhu masih kecil.
Sebagaimana juga untuk memperhatikan shalat Fajr (shubuh) dan Isya’ pada periode ini, dan membiasakan mereka untuk menjaga semua shalat fardhu apapun alasannya, khususnya di hari-hari ujian sekolah. Apabila mereka ketinggalan shalat karena lupa, maka hendaknya mereka shalat ketika mengingatnya, dan apabila ketinggalan shalat karena malas, hendaklah kita mengajari mereka agar bersegera bertaubat dan beramal shalih seperti sedekah dari uang sakunya dan amalan-amalan shalih yang lain, semoga dengan demikian Allah Subhanahu Wa Ta'ala mengampuninya.
Dan kami ingatkan akan pentingnya kesepakatan kedua orang tua untuk menempuh langkah-langkah yang telah disebutkan di atas, dan untuk saling tolong-menolong agar menjadi teladan bagi anak-anaknya pada setiap perbuatannya. Dan hendaklah setiap orang tua memperbanyak do’a, “Wahai Rabb, jadikanlah aku dan keturunanku orang-orang yang menegakkan shalat, wahai Rabb kami kabulkanlah do’a (kami).” Dan do’a, “Wahai Rabb kami, karuniakanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (Abu Yusuf Sujono).
No comments:
Post a Comment